Sunday, November 10, 2013

Melambatnya Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS

(diajukan untuk tugas softskill B.Indonesia dengan pola tulisan deduktif)

           Sungguh tidak bisa dihindari oleh Indonesia, sebagai negara yang besar tentunya memiliki banyak permasalahan yang harus dihadapi. Seperti baru-baru ini, Indonesia dihadapi dengan masalah melambatnya pertumbuhan ekonomi dan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Rilis terbaru yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) terkait laju pertumbuhan ekonomi triwulan III-2013, sudah sesuai perkiraan Bank Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2013 tercatat 5,62% melambat dibandingkan triwulan II-2013 sebesar 5,83 persen.

Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs menjelaskan, perlambatan pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari belum kuatnya investasi akibat menurunnya pertumbuhan investasi bangunan dan masih lemahnya investasi non-bangunan.

Bank Indonesia memandang wajar perlambatan ekonomi nasional. Sebab, ini salah satu risiko kebijakan stabilisasi yang dilakukan oleh pemerintah dan Bank Indonesia agar ekonomi bisa lebih sehat dan seimbang.

Ekonom BNI Ryan Kiryanto menilai, pemerintah sengaja memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini. Hal tersebut untuk menekan inflasi dan neraca transaksi berjalan agar tidak terperosok lagi mengelami defisit.

"Perlambatan ekonomi ini sesungguhnya direncanakan. Bahasa medisnya, kita memasuki masa detoksifikasi dimana kolesterol jahat seperti inflasi dan defisit transaksi berjalan, kita bereskan," kata Ryan saat diskusi di kantor Kementerian Perekonomian Jakarta, Rabu (25/9/2013).

      Sejauh ini detoksifikasi masalah perekonomian Indonesia belum selesai seperti rupiah yang masih tertekan dan indikasi makro ekonomi yang juga mengalami pelemahan. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mengalami pelemahan 0,13 persen menjadi Rp 11.488 per dollar AS dibanding perdagangan kemarin. Sementara secara bulanan mengalami kenaikan 0,7 persen dan secara kalender mengalami pelemahan 16,8.

     Melemahnya nilai tukar rupiah disebabkan karena penawaran atasnya tinggi sementara permintaan atasnya rendah. Kenapa demikian? Setidaknya ada dua faktor. Pertama, keluarnya sejumlah besar investasi portofolio asing dari Indonesia. Dalam proses ini, investor menukar rupiah dengan mata uang negara lain untuk di investasikan di negara lain sehingga terjadi peningkatan penawaran atas rupiah.

Keluarnya investor asing dari Indonesia disebabkan karena rencana The Fed (Bank Sentral AS) untuk mengurangi Quantitative Easing (QE). Rencana ini dinyatakan oleh ketua The Fed, Ben Bernanke di depan Kongres AS pada 22 Mei 2013. Tidak lama setelah itu, mata uang di beberapa negara emerging markets (termasuk Indonesia) anjlok. Yang dimaksud dengan QE disini adalah program The Fed  untuk mencetak uang dan membeli obligasi atau aset-aset finansial lainnya dari bank-bank di AS. Program ini dilakukan untuk menyuntik uang ke bank-bank di AS demi pemulihan diri pasca-krisis finansial tahun 2008. Rencana pengurangan QE menjadikan nilai tukar obligasi dan aset-aset finansila lain di AS meningkat. Inilah ekspektasi para investor portofolio yang mengeluarkan modalnya dari negara-negara emerging markets. Mereka melihat bahwa investasi portofolio di AS lebih menguntungkan daripada di negara-negara emerging markets.

Faktor kedua yang menyebabkan penawaran tinggi dan permintaan rendah atas rupiah adalah neraca perdagangan Indonesia yang defisit. Artinya, ekspor lebih kecil daripada impor.defisit neraca perdagangan Indonesia selama Januari-Juli 2013 adalah -5,65 miliar Dollar AS. Sektor non-migas sebenarnya mengalami surplus 1,99 miliar Dollar AS. Namun, surplus di sektor non-migas tidak bisa mengimbangib defisit yang sangat besar di sektor migas, yakni sebesar -7,64 miliar Dollar AS. Karena selama Januari-Juli 2013, impor Indonesia lebih besar daripada ekspornya, maka situasi ini telah melemahkan nilai tukar rupiah.

Sumber :
http://indoprogress.com/krisis-mata-uang-rupiah-2013-penyebab-dan-dampak-nya/

No comments:

Post a Comment